Rabu, 27 Januari 2010

Ketika Cinta Tiga Titik Dua Tanda Tanya


Ketika hari menjelang senja.Di sebuah jembatan kokoh yang memisahkan pusat metropolitan dengan pemukiman kaum jetset,ada segerombolan anak kecil yang bermain sambil berlari-lari disana menanti datangnya malam dan menanti kedua orang tuanya kembali ke rumah.Anak-anak dari kaum yang mengisolasi diri dari orang-orang yang mempunyai status social yang biasa-biasa saja .Mereka mengisolasikan diri dengan alas an ini mencari ketenangan setelah lelah dengan berbagai aktivitasnya,atau mungkin mereka justru ingin menciptakan dan menunjukan bahwa mereka adalah kaum borjuis yang mempunyai strata kehidupan yang berbeda.Di antara anak kecil terdapat sepasang anak,mereka adalah Devan dan Nesha.Mereka berdua selalu kompak dan selalu berdua di manapun mereka berada.
“Nes…Nes kalau kamu dapat mengejar saya,besok saya traktir kamu es krim.”Devan menantang dan mencibir Nesha.Tanpa menunggu lama Nesha langsung mengejar Devan sambil berteriak,”Awas…Ya??
Cukup lama Nesha berusaha menangkap Devan, tapi tidak berhasil.bagaimanapun anak laki-laki larinya lebih kencang ketimbang anak perempuan.Devan kegirangan melihat Nesha tidak dapat mengejar dan kelelahan.Tapi Nesha tidak kehilangan akal.Lalu pura-pura tersandung.”Aduh…??”
Mendengar Nesha berteriak mengaduh,Devan pun menghentikan langkahnya lalu berputar balik dan melotot kaget kea rah Nesha.Dan dengan secepat kilat Devan menghampiri Nesha.
“Ka…kamu kenapa Nes?”Tanya Devan terbata-bata karena kecapean dan mencoba membantu Nesha berdiri,namun tiba-tiba Nesha teriak kegirangan.
“Yes!!!Saya berhasil menangkap kamu berarti besok saya akan makan es krim gratis.”
“Nggak,kamu curang!”
“Tapi kamu sudah janji mau beliin es krim kan.”
“Pokoknya nggak!”
Kemudian Nesha pun bangun dan spontan menggelitik Devan,”Beliin nggak…?”
“Nggak.”
“Beliin nggak!?”Nesha terus menggelitik Devan sampai akhirnya Devan benar-benar menyerah,karena tidak tahan geli.Nesha tersenyum penuh kemenangan.
HARI semakin gelap,lampu-lampu di sepanjang jalan dan jembatan sudah menyala.Satu per satu anak-anak serta pengasuhnyapun meninggalkan jembatan yang megah itu.Dalam sekejap jembatan terasa sepi,karena jembatan itu memang hanya dilewati oleh penghuni pemukiman para orang kaya yang rata-rata masih sibuk mengurus bisnis mereka.Mobil-mobil yang lewat pun hanya sekali saja.Betapa mubazirnya tempat yang begitu mewah hanya di miliki oleh segelintir orang.Meskipun tidak ada larangan bagi yang orang lain untuk melewati jembatan itu namun mayoritas penduduk diluar kompleks tidak punya kepentingan disitu,belum lagi ditambah soal protokol-protokol pemeriksaan di gerbang yang membuat orang malas melintasinya.
Bagi sebagian orang tempat ini hanya memperlihatkan jurang pemisah yang dalam dan arogansi yang menampakan taringnya.Tapi para penghuni di kompleks itu mempunyai argument yang berbeda.Bagi mereka ini adalah kebutuhan tuntutan profesi untuk mengukuhkan diri sebagai pengusaha sukses.Tidak ada yang istimewa dengan pemukiman itu,hanya berisikan rumah-rumah mewah yang besarnya ribuan meter lengkap dengan puluhan mobil mewah dan pembantu-pembantu yang siap melayani segala keperluan tuannya,tempat bermain anak-anak mereka serta sarana dan prasarana umum yang mewah sekali.
MATAHARI sudah berada di atas kepala,tanda bahwa hari sudah tidak pagi lagi.Murid-murid di Sekolah Dasar “Harapan Indah”sudah tidak konsentrasi lagi menyimak pelajaran yang di berikan pengajarnya.Mereka kasak-kusuk,mulai membereskan semua perlengkapan belajarnya,karena sebentar lagi jam pelajaran selesai.Tepat Pukul 12.00 sekolah pun harus memulangkan murid-muridnya.Seperti biasa,para murid tampak senang sekali begitu bel berbunyi,demikian juga yang terjadi dengan kelasnya Devan dan Nesha.
“Anak-anak hari ini kita cukup sampai disini dan jangan lupa PRnya besok dikumpulkan,”ibu guru yang mengajar di kelas Devan dan Nesha menyudahi pelajaran pada hari itu.
“Baik Bu…!”Serentak murid-murid memberikan jawaban.Satu persatu merekapun meninggalkan ruangan kelas,setelah sebelumnya bersalaman dengan ibu guru yang berdiri di depan pintu kelas.Di gerbang sekolah telah menunggu banyak mobil mewah lengkap dengan sopirnya yang siap menjemput tuan kecilnya.Dari kejauhan tampak Devan dan Nesha saling melambaikan tangan,karena mereka harus menuju jemputannya masing-masing.Devan berjalan ke sebuah mobil BabyBenz seri terbaru.Ternyata didalam mobil itu telah menunggu mamanya.
“Lho kog sendiri?Kevin mana?”mama Devan kebingungan melihat Devan yang dating sendiri tanpa adiknya,Kevin.
“Kevin kan gendut,jadi jalannya lambat kayak keong racun.”
“Hush! Nggak boleh ngomong begitu.Ya udah,kamu masuk dulu kita tunggu di dalam mobil saja.”Tidak lama kemudian muncul seorang anak kecil yang gendut.Di tangannya memegang batangan coklat,dialah Kevin,adiknya Devan yang beda dua tahun.Di mulutnya belepotan dengan makanan yang membuat mamanya geli melihatnya.
“Kevin…,kan mama sudah bilang kamu jangan jajan sembarangan…”
“Tahu tuch,jajan melulu!”Devan ikut menimpali.
“Biarin!” Kevin mencibir ke Devan dengan tampang masa bodoh.”
“Hari ini mama pengen ngajak kalian jalan-jalan,kalian boleh minta ke mana aja.”Asyik!!!”Serempak mereka kegirangan.Sudah terlalu lama mereka tidak diajak jalan-jalan sama mamanya, dan ini juga dirasakan oleh mama mereka yang hari itu sengaja meluangkan waktu untuk anak-anaknya.
“Kita ke mall aja yach.Ma…”kebetulan kali itu boleh memilih,maka Kevin memilih ke mall.Karena selain di mall bisa bermain,tentu juga tersedia berbagai makanan lezat sesuai dengan tuntutan postur tubuh Kevin yang gendut.Sedangkan Devan hanya mengamini saja.
“Iya…Ma,sekalian ngajak Nesha yacha Ma…”
“Tadi mama sudah telepon mamanya Nesha tapi katanya tidak bisa,ada urusan penting yang mesti deselesaikan.”
“yach kurang seru dech!!Devan agak kecewa mendengar Nesha tidak bisa ikut sama mereka.
“Kan ada Kevin!!!
“Malas ah…maen sama kamu,makan melulu.
Sepanjang waktu di mall Devan kelihatan ogah-ogahan menemani adiknya bermain.Itu kelihatan jelas dari raut mukanya yang tidak bersemangat.Seperti ada yang kurang diantara mereka.Yach…ada yang kurang,yaitu sohib kecilnya,Nesha.
TIDAK seperti biasanya,rumah Nesha yang biasa sepi mendadak gaduh.Para pembantu membereskan barang-barang,papa Nesha yang setiap hari baru sampai rumah tengah malam,pun sudah ada di rumah.Ternyata mereka siap-siap untuk meninggalkan Indonesia.Sebab,papa Nesha mendapatkan tugas baru dari pemerintah untuk menggantikan Duta Besar yang ada di sana.Mama Nesha,yang dari tadi ekut membantu membereskan semua barang-barang yang mesti dibawa,tampak kelelahan.
“Pa…apa gak bias, kita berangkat dua atau tiga hari lagi?”
“Nggak bias Ma!Besok juga kita harus berangkat.”
“Terus bagaimana dengan sekolah Nesha,Pa?”
“Itu Mama tidak usah khawatir,tadi papa sudah menyuruh bawahan papa mengurusnya.”
Ternyata yang dimaksud oleh mama Devan tdi bahwa ada urusan penting yang mesti diselesaikan oleh koluarga Nesha adalah mengurus kepindahan mereka.Sampai saat ini Nesha belum tahu tentang semua itu,dan memang belum sempat Nesha diberitahu.Nesha tidak tahu bahwa sebentar lagi dirinya akan meninggalkan sohib baiknya,Devan dan teman-teman sekolahnya.Begitu juga ia tidak tahu entah kepan kembali lagi ke Indonesia.Mungkin masa kecilnya akan menjadi kenangan ketika ia tumbuh menjadi seorang remaja yang kebule-bulean.Atau mungkin juga ketika Nesha kembali,teman-temannya menjadi asing baginya,bahkan mereka sudah tidak saling mengenal lagi.SEBENARNYA,hari itu aktivitas di kelas Devan berjalan dengan normal-normal saja.Kenakalan-kenakalan kecil yang dilakukan murid-murid,yang kadang membuat para pengajar bertolak pinggang,masih merupakan bumu-bumbu proses belajar-mengajar.Hanya sedikit berbeda,ketika jam pelajaran sekolah hamper usai,Bu guru yang mengajar hari itu ingin menyampaikan satu berita penting kepada anak didiknya.
“Anak-anak,hari ini ibu ingin menyampaikan satu berita,bahwa teman kita,Nesha,akan pindah ke Amerika.”Suara terdengar dengan lembut dan terbata.Suara yang mengisayaratkan bahwa ia merasa kehilangan dengan kepergian Nesha,karena dia salah satu murid kesayangannya.
“Hah…pindah!?”Tanya anak-anak serentak,seolah-olah tidak percaya apa yang baru saja di dengarnya.
Air muka Devan spontan berubah dan langsung memandangi Nesha,tanpa berkedip dan diam seribu bahasa.Sedangkan Nesha tertunduk sedih,tidak kuasa memandangi teman-temannya.Bu gutu kemudian menuntaskan kalimatnya dengan sedikit tertahan.”Sore ini juga,Nesha sudah harus berangkat dengan kedua orang tuanya.”
Mendadak Devan berdiri,lalu menarik tangan Besha terus berlari meninggalkan kelas.Seisi kelas mendadak jadi bingung dengan tingkah Devan.Devan dan Nesha berlari dan terus berlari menuju suatu tempat.yaitu jembatan di mana mereka sehari-hari menghabiskan senja.Namun kali itu mereka tampak kehilangan kata-kata.Mereka berdua hanya saling pandang pilu dengan perasaan hati yang kacau.Tak terasa di mata Nesha yang indah mentikan airmata.Ia biarkan tetesan airmata itu hingga membasahi pipi mungilnya.Demikian juga dengan Devan yang tidak kuasa menghadapi perpisahan dengan Nesha,sahabat yang sangat dekat di hatinya.
Tiba-tiba Devan berteriak.”Kamu jahat…kamu jahat Nesha,kamu tidak memberitahuku kalau kamu akan pindah!Saya tidak mau berteman lagi denganmu!”Devan sepertinya tidak bias membendung airmatanya lagi.Nesha kaget dengan perkataan Devan barusan itu.”Devan…Nesha tidak jahat,”suara Nesha tidak kalh kencangnya dengan Devan,namun kekalimat berikutnya suara Nesha hamper tidak kedengaran dan diiringi isak tangis.”Saya juga baru tahu kemarin kalau saya harus ikut papa dan mama ke Amerika.”Seperti orang yang kehilangan kendali,Devan berteriak-teriak,”kenapa orang dewasa itu egois,melakukan sesuatu selalu semaunya dan tidak pernah menganggap anak kecil itu ada!”
Nesha berusaha tegar dan mencoba memberi pengertian kepada Devan.”Mungkin kita masih terlalu kecil untuk memahami urusan orang dewasa,dan mereka pun tentu juga punyaa kesulitan tersendiri yang tidak dimengerti oleh anak kecil,seperti kita ini.”Devan dengan secepatnya kilat menghapus airmatanya.Dengan sisa-sisa ketegaran yang dimiliki lalu dipegangnya tangan Nesha sambil berujar,”Saya sebel menjadi anak kecil.” Suara Devan terdengar pelan,karena dirinya sudah mampu menguasai diri.
“Saya juga sebel menjadi anak kecil.Seandainya sekarang kit bukan anak kecil,kita tidak perlu berpisah…Saya juga tidak perlu ikut papa dan mama pindah ke Amerika…”begitu harum suara yang keluar dari mulut mungil Nesha.Mereka pun lalu berpelukan,tapi kali ini mereka tidak bias menahan perasaan masing-masing yang sebenarnya sudah pecah dari tadi.Mereka menangis sesunggukan hingga beberapa saat.
“Maukah kamu berjanji,kita akan bertemu di sini delapan tahun yang akan dating, di tanggal dan bulan yang sama dengan hari ini,di senja hari?”Saya janji,delapan tahun yang akan dating,saya akan kembali menemuimu di sini,di senja hari,di jembatan ini.Yach…di jembatan senja ini.”linangan airmata Nesha semakin menjadi-jadi,pertanda bahwa dirinya pun tidak menginginkan perpisahan itu.
Devan lalu merenggangkan pelukannya secara perlahan,namun masih tetap enggan melepaskan tangannya.”Delapan tahun yang akan dating kita bukan anak kecil lagi.Delapan tahun yang akan dating kita sudah bisa menentukan jalan hidup kita.”Dan dengan cepat Nesha memotong pembicaraan,”Delapan tahun yang akan datang kita tidak boleh lagi menangis,sepeti hari ini,dan delapan tahun yang akan datang itulah hari jadi cinta kita.”Mendengar kata-kata Nesha itu,Devan sedikit terhibur.Dia hanya bisa tersenyum kecut,senyum yang penuh dengan ketidakyakinan akan perjanjian itu.
Mama Nesha yang berniat menjemput Nesha di sekolahnya memperoleh kabar kalau Nesh pergi meninggalkan kelas bersama Devan.Ia pun sedikit buru-buru ke jembatan senja.Ia uakin,Devan dan Nesha pasti ke sana untuk terakhir kalinya.Setelah mobil berhenti,mama Nesha yang langsung menyebarkan pandangan ke segala penjuru,tapi tidak terlihat Nesha dan Devan.Ia tampak panic.Berulangkali mama Nesha memanggil-manggil tapi tidak ada jawaban.”
Cukup lama mama Nesha dengan dibantu sopirnya mengelilingi jembatan itu,baru akhirnya tertangkap dua sosok yang dicarinya itu di ujung jembatan.Raut muka mereka tampak sedih.Mama Nesha tertegun sejenak.Ia sadar bahwa dua anakitu memang susah untuk dipisahkan.Sebenarnya dirinya tidak tega,tapi mau bagaimana lagi,semuanya harus berakhi.Hanya ada harapan,dengan seiring waktu,mereka bisa menerima kenyatan itu.”Nesha …mama cari kemana-mana ternyata kamu disini.” Ayo Nesha…kita sudah hamper terlambat…!!!”Tanpa berkata apa-apa lagi Nesha pun melepaskan tangannya dari Devab,berjalan perlahan kea rah mamanya,terus ke parker mobil yang siap membawanya pergi.
DELAPAN tahun kemudian.
Di sebuah kamar rumah sakit,tampak seoran suster sedang membereskan barang-barang yang akan dibawa pulang oleh pasiennya.Pasien itu adalah Kevin,adikDevan.Kevin yang dulu memiliki badan bongsor,pipi tembem dan selalu ceria,kini telah berubah menjadi seorang remaja yang kurus kering,pucat pasi,tidak ada keceriaan yang terpancar di wajahnya.Wajahnya menggambarkan sikap kepasrahan.Namun wajahnya masih tetap menunjukan semangat hidup tinggi.
Secara medis Kevin memang sudah tidak ada harapan untuk sembuh.Kini hidupnya hanya bisa diperpanjang dengan Haemodialisa atau cuci darah.”Dok …apakah sudah tidak ada cara lain untuk menyembuhkan Kevin?”sulit…sangat sulit.Hanya ada satu cara yang bisa menyembuhkan Kevin,tapi itu kemungkinannya sangat kecil sekali.”Dokter Suryo berdehem,ikut prihatin dengan penyakit yang diderita Kevin.”cara apa itu dok?Selama harapan itu masih ada,walaupun kecil,kami akan berusaha melakukan apa pun.”Mama Devan yang tadi diam kini seolah-olah mendapatka tambahan energi dan harapan untuk anak bungsunya itu,pun ikut bicara,”Iya …dok,selama harapan masih ada kami akan membayarnya dan berapa pun biayanya tidak ada masalah bagi kami.”
Di pagi hari yang cerah,di mana aktivitas ibbukota sudah mulai beraksi dan riuh rendah suara mesin membising di setiap sudut kota.Namun suasana macam itu tidak dijumpai di sekolah tempat Devan menuntut ilmu.Di sekolah Devan sangat asri,penuh dengan pepohonan yang sengaja ditanam sebagai hutan buatan dari sekolah itu.Walaupun matahari sudah mulai muncul di ufuk timur,tetapi angina sepoi dan embun sejuk masih mampu membuat setiap insane di sekolah itu untuk menikmati udara segar.Di berbagai sudut sekolah bahkan di lapangan basket selalu berkumpul gerombolan-grombolan anak sekolah,putih abu-abu baik laki-laki maupun perempuan,bercengkrama sambil menunggu bel masuk.Termasuk di depan kelas 3 IPS terdapat segerombolan anak,berjumlah lima orang,sedang bersenda gurau.Mereka adalah Devan CS.
“Van…kemarin elo ke mana sich,kita orang telepon gak diangkat-angkat?”Reno menanyakan ketidakberadaan Devan kemarin itu.”Kemarin gue ke rumah sakit jemput Kevin yang baru sembuh.Jadi handphone gue matiin.Emangnya elo orang pada ke mana sich?”Kemarin gue,Reno,Rangga,dan Indra ke Anyer,seru banget dech,mana banyak cewe-cewe lagi di sana.”Chiko berpromosi tentang liburan mereka.”Terus sekarang Kevin gimana?udah sembuh?”Sebagai temannya Devan,Indra ingin mengetahui keadaan Kevin sekarang.”Yach gitu dech,hari ini Kevin udah masuk sekolah.”Wajah Devan spontan tampak berubah,tetapi perubahan itu tidak diketahui oleh sobat-sobatnya itu,sehingga Chiko masih saja terus nyerocos.”Kevin khan sudah sembuh berarti ntar sore kita bisa jalan donk?”
“Gak bisa.Sore ini gue udah ada janji.”
“Sama siapa Van?Sama Olivia?”Rangga yang dari tadi diam merasa tidak biasanya Devab menolak ajakan mereka.Biasanya Devan yg memaksa kalau di antara mereka ada yang tidak bisa diajak main.
“Bukan.Hari ini,tepat delapan tanun yang lalu gue berjanji dengan seorang cewek untuk ketemu di senja hari.Dan selama delapan tahun itu adalah hari terindah dalam hidup gue.”
“Lo serius Van?Delapa tahun yang lalu kan kalian masih sama-sama kecil,mana mungkin omongan waktu itu bisa dianggap serius?”Reno mengeryitkan keningnya,tidak yakin dengan apa yang baru saja di dengarnya.Mungkkin bagi kalian itu hal yang norak,tapi sejak itulah gue buktikan bahwa gue tidak bermimpi.”Papar Devan penuh semangat yang membuat teman-temannya geleng-geleng kepala.Dari kejauhan tampak seorang gadis cantik sedang terburu-buru datang kea rah Devan.Di wajahnya tergambar jelas raut yang sangat kesal dan sebentar-sebentar bertindak kasar terhadap orang-orang yang sedang menghalangi jalangnya.Gadis itu semakin mendekat kea rah Devan.Devan sadar akan terjadi sesuatu.Dalam hatinya apa pun yang terjadi dia sudah siap menghadapi Olivia,cewek yang mendatanginya itu.Cewek yang tergila-gila kepadanya.”Mampus gue,Olivia ke sini!”Devan menumpat yang membuat Chiko keheranan.”Memangnya kenapa?Olivia kan cewek elo?”
“Kemarin gue janji mau ngedate ama dia,tapi gue jemput Kevin di rumah sakit.”Belum selesai Devan memberi penjelasan ke teman-temannya itu,Olivia sudah sampai di hadapan mereka dengan memperlihatkan amarah yang tinggi.”Van….gue mau ngomong sama elo empat mata!”Kata Olivia dengan keras sambil menarik tangan Devan.Namun dengan kasar Devan menepi tangan Olivia.”Gue kan bisa jalan sendiri!”ujar Devan cukup kasar.Akhirnya mereka berdua pun berjalan menu ke taman yang masih basah dengan embun pagi.Tapi kesejukan di pagi itu sepertinua sudah tidak bisa dirasakan lagi oleh kedua manuia yang sedang di landa emosi.Tampaknya genderan perang akan segera dimulai.
Di lain tempat,di sekolah Devan seorang cewek yang sangat cantik tampak kebingungan mencari ruangan kepala sekolah.Lalu dia pun mendekati seorang cowok yang tak kalah gantengnya dengan Devan yang sedang duduk di bangku taman sambil membaca buku.”Ruang Kepala Sekolah sebelah mana yach?”Tanya cewek itu .Cowok yang ditanya hanya melirik sebentar kea rah sumber suara terus menjawab acuh.”Depan belok kiri.”Setelah mengucapkan terima kasih cewek itu pun melangkah kea rah yang diberitahukan tadi.Dalam hati cewek it uterus berpikir ,kenapa cowok tadi sangat angkug,tapi kemudian di cepat-cepat meralat pikiranya;bukan angkuh,tapi tatapannya tadi itu sangat misterius.Ia benar.Dia adalah cowok mesterius di sekolah itu yang selalu mengasingkan diri dari teman-teman di sekolah itu.Bahkan dia tidak punya teman sama sekali.Sosok mesterius itu bernama Aldo.
Cewek itu melanjutkan langkahnya dengan serius.Brukk!!!tiba-tiba ia menabrak sesoso tubuh laki-laki dengan benturan yang lumayan keras.Sepasang anak manusia itu jatuh bertabrakan dan kedua-duanya meringis kesakitan.Ternyata cowok yang di tabraknya itu adalah Devan.Dalam hati Devan berkata”cewek itu mengingatkan pada Nesha.Cewek yang berpisah dengannya delapan tahun yang lalu.Sambil membayangkan masa kecilnya dengan Nesha.”Ya,Cewek tadi adalah Nesha yang kini telah kembali untuk memulai cintanya dengan Devan yang telah membelenggu hatinya selama ini.Di kelas 3 IPA trnyata Nesha sekelas dengan si Aldo,sang cowok misterius itu.Hari pertama di sekolah baru,Nesha yang duduk sebangku dengan Salsa melewati cukup menyenangkan dan bahkan Nesha pun sudah mendapatkan teman baru.
Bel sekolah berbunyi tanda jam pelajaran telah usai.Satu persatu muri-murid mulai meninggalkan ruangan kelas.Akhirnya yang tersisa hanya Besha dan Aldo.Sebagai murid bau di sekolah itu Nesha berusaha ramah dengan semua temn-teman yang sekelas dengannya,termasuk Aldo.Nesha pun mencoba berbasa-basi dengannya.”Makasih yach,atas pertolongannua tadi pagi…”Nesha membuka suara.Namun yang diajak bicara hanya memandang sebentar ke arah Nesha dengan tatapan yang sangat tajam,lalu kembali semula seperti tidak terjadi apa-apa.Masih dengan desabaran yang sama Nesha mencoba berkenalan dengannya.
“Nama saya Nesha.Nesha Arianto.Oh ya siapa nama kamu?”Emangnya penting?”yang ditanya dengan ketus hanya memberi jawaban dengan pertanyaan balik,terus langsung meninggalkan Nesha sendirian .Nesha merasa sangat heran dan penasaran dengan sikap cowok itu.Tatapannya sangat tajam.Tatapan yang menympan satu misteri di dalam hati Nesha gingga bayangn cowok itu hilang dari pandangannya yang sedari tadi tak berkedip.
Di sebuah jembatan kokoh,tempat Devan dan Nesha mengikrarkan janji delapan tahun yang alu untuk bertemu kembali,sama sekali tidak memperlihatkan keusangan.Semuanya masih seperti yang lalu.Yang berubah hanya wujud manusianya,mereka bukan anak kecil lagi,tapi sudah berubahmenjadi remaja yang siap menyongsong datangnya cinta.Tampak seorang lelaki sedang menanti datangnya senja yang terasa sangat lambat,tak seperti biasanya.Selambat-lambatnya waktu merambat akhirnya senja pun tiba seiring datangnya seorang cewek yang sangat anggun,menuju jembatan kokoh tadi.Jembatan senja.Nama pemberian dua anak manusia yang akan bertemu di senja itu.Devan dan Nesha,dua anak manusia itu,saat mereka bersitatap untuk memenuhi janjinya,sontak terbelalak,saling bertatapan satu sama lain.Mereka sama-sama mendekat seolah-olah tidak percaya.Akhirnya Devan membuka suara,”Bukankah elo cewek yang tadi pagi bertabrakan denganku!?”Suara Devan terbata-bata bercampur bingung.Demikian juga Nesha.
Tanpa di komando mereka langsung berlari berpelukan untuk beberapa saat yang cukup lama untuk melepaskan rindu yang sekian lama telah membelenggu hati mereka.Kini mereka telah menunaikan janji.Janji untuk mengikat hati.Penantian mereka terjawab sudah.Selama dalam masa keterbelengguan mungkin terlalu banyak kejadian yang mereka lewati.Hari itu takan mungkin bisa di lupakan dalam hidup mereka.Mereka berlari-lari seperti masa kecil dulu,Hingga larut malam.semuanya mereka lewati penuh suka cita dan romantis.Mereka menikmati pecahan-pecahn bola kaki yang berbentuk bunga warna-warni diangkasa yang cerah,Secerah hati mereka,dari kembang api.Tembok jembatan pun tercipta sebagai seuntai puisi saksi bertautnya cinta diantara mereka.
Disaat ku mulai lelah….
Menanti datangnya senja
Menyulam sepi,merajut sunyi
Demi setetes kasih putih
Walau harus menanggung derita hati
Air mata hiasan terindah nyanyian duka
Cinta adalah misteri….
Cinta adalah teka-teki….
Cinta adalah mata hati
Cinta adalah kidung sanubari
Ketika rindu
Bintang dan rembulan adalah fatamorgana
Ketika cinta…??

“Puisi kamu romantis,Van…”puji Nesha penuh kebahagiaan.Bahagia karena mereka bukan anak kecil lagi,mereka sudah bisa menentukan langkah untuk kedepan.”Sebenarnya puisi ini belum selesai dan belum menemukan kata yang cocok untuk menyelesaikannya.”Yach…memang tampak belum selesai puisi yang ditulis Devan,sebab kalimat terakhir terasa menggantung.Dari tadi Devan sudah berusaha keras untuk menyelesaikannya,tapi tidak berhasil.Belum ada kata yang pas untuk melanjutkan kalimat berikutnya.Akhirnya Nesha hanya bisa menunggu sampai Devan benar-benar menemukan satu syair indah untuk puisi yang terpenggal itu.Tapi sampai kapan?Tidak ada yang tahu.Semoga ini hanya satu kebetulan dan bukan pertanda akan terjadi sesuatu dengan cinta mereka.”Puisi adalah kata hati,kita masih punya banyak waktu untuk menyelesaikannya.”Keyakinan Nesha bahwa mereka masih punya waktu untuk menyelesaikannya membuat mereka larut dalam kebahagiaan dan kemesraan menikmati malam yang dihiasi dengan germerlap bintang.
De sebuah kamar yang tidak begitu luas namun tertata rapi,di atas ranjang,Aldo sedang terlentang melamunkan kejadian tadi siang.Di hati Aldo lagi berkecamuk,berbagai rasa bercampur menjadi satu.Satu rasa aneh yang membuat detak jantungnya tidak beraturan dan membuat dirinya gelisah.Ini adalah kali pertama Aldo mengalaminya.Bahkan dalam kesendiriannya,ia merasa grogi.Apakah Aldo sedang jatuh cinta sama murid baru yang tadi siang ingin berkenalan dengannya?
Aldo membayangkan betapa cantiknya Nesha dan betapa ramahnya Nesha.Nesha adalah tipe cewek ideal.Aldo yang selama ini tidak mau bersahabat dengan siapa pun,sepertinya jatuh cinta pada pandangan pertama.Namun perasaan seperti itu cepat-cepat dia buang jauh-jauh dari pikirannya,ketika teringat kembali masa kecilnya bagaimana sikap ibunya terhadap bapaknya.Ibunya meninggalkan bapaknya depresi yg tidak

5 komentar:

  1. siapa yang buat ini novel ya? masih ada ga kalau di toko-toko buku?
    makasih

    BalasHapus
  2. ada yang punya novel itu gak? kalau boleh, saya beli donggg

    BalasHapus
  3. Saya pernah dapet gratis novel ini untuk audisi filmnya tp sampai sekarang filmnya ga muncul dari agensi cipta bintang televisi 2008 audisi yg harus bayar cukup mahal disetiap kelolosan

    BalasHapus